Cegah Sengketa Berulang, PKB Minta PSU Transparan, Fair, dan Demokratis

RADARBANGSA.COM - Pelaksanaan pemungutan suara ulang (PSU) di sejumlah daerah diharapkan tidak memunculkan sengketa berulang yang berdampak pada proses demokrasi hingga membengkaknya biaya. Penyelenggara Pemilu harus memastikan jika proses PSU benar-benar berjalan fair, transparan, dan demokratis.
“Kami berharap pemerintah, KPU, dan Bawaslu harus benar-benar memastikan jika pelaksanaan PSU tidak memunculkan sengketa berulang yang memicu keresahan dan kerusuhan di masyarakat. Komisi II DPR harus segera memanggil Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) hingga Menteri terkait untuk memastikan agar pelaksanaan PSU berjalan baik dan demokratis,” ujar Ketua Fraksi PKB DPR RI Jazilul Fawaid, Senin (3/3/2025).
Untuk diketahui Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan PSU di 24 daerah di seluruh Indonesia. Keputusan ini dikeluarkan Mahkamah Konsitusi (MK) ditemukan adanya kesalahan administrasi dalam pelaksanaan Pilkada 2024 seperti periodisasi masa jabatan, surat keterangan tidak pernah dipidana hingga legalitas ijazah. Terkait anggaran pelaksanaan PSU di 24 daerah peserta Pilkada 2024, Bawaslu dan KPU memperkirakan dibutuhkan biaya hampir Rp 1 triliun. Untuk KPU sebesar Rp 486 miliar, sedangkan Bawaslu sekitar Rp 251 miliar dan untuk biaya lainnya seperti keamanan.
Gus Jazil-sapaan akrab Jazilul Fawaid-menjelaskan terjadinya PSU merupakan konsekuensi adanya sengketa Pemilu. Hanya saja cukup ironis ketika beberapa pemicu PSU ini sebenarnya bisa diantisipasi sejak dini.
"Kasus PSU di Tasikmalaya misalnya tidak akan terjadi jika dari awal penyelenggara Pemilu cermat untuk memastikan persyaratan terkait periodesasi jabatan calon kepala daerah terpenuhi atau PSU karena legalitas ijazah calon kepala daerah. Ini kan hal sepele yang berdampak besar karena harus ada pengulangan pemungutan suara dengan biaya besar,” katanya.
Terkait masalah anggaran PSU, kata Gus Jazil, memang sempat terjadi kendala di mana Bawaslu merasa anggarannya terlalu kecil. Kendati demikian hal ini harus diselesaikan oleh Pemerintah karena bagaimanapun Bawaslu mempunyai peran penting. “Jangan sampai ada masalah anggaran yang menyebabkan Bawaslu tidak melakukan pengawasan. Ini kan bisa jadi kacau. Pemerintah harus mengatur anggaran untuk pelaksanaan PSU," tambahnya lagi.
Pelaksanaan pemilihan kepala daerah hingga PSU yang menghabiskan anggaran yang sangat besar menurut Gus Jazil harus dilakukan evaluasi. Menurutnya, anggaran yang besar dalam pelaksanaan Pilkada lebih baik dialokasikan untuk pembangunan sosial ekonomi negara.
"Kami mendorong adanya revisi Undang-Undang Pemilu untuk mengevaluasi pelaksanaan Pilkada yang berbiaya tinggi,” pungkasnya.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
-
Pelanggaran Akademik Disertasi Bahlil, Wakil Ketua Komisi X: Tidak Boleh Terulang Lagi
-
Usai MotoGP Thailand, Francesco Bagnaia Petik Pelajaran Berharga
-
Bappenas Sebut DTSEN Jadi Platform Utama Dukung Kebijakan Berbasis Data
-
Cegah Judol, PKB Dukung Komdigi Takedown Situs Pemerintah yang Tidak Aktif
-
Mudik Lebaran 2025, Garuda Indonesia dan Citilink Turunkan Harga Tiket Pesawat