Sejarah Sunan Ampel dan Falsafah `Moh Limo`
RADARBANGSA.COM - Sunan Ampel bukanlah nama asli dari pendakwah merupakan bagian dari Wali Songo. Tokoh ini memiliki nama asli Raden Mohammad Ali Rahmatullah atau Raden Rahmad.
Raden Rahmad lahir di Campak, Kamboja pada tahun 1401 M dan merupakan bagian dari keluarga bangsawan. Bukan hanya itu, berdakwah juga merupakan sudah bagian dari keluarganya, karena sang ayah adalah Maulana Malik Ibrahin atau dikenal dengan Sunan Gresik.
Lalu ibu dari Sunan Ampel adalah putri dari Raja Champa Dinasti Azmatkhan I atau Ali Nurul Alam Maulana Israil yang bernama Siti Fathimah.
Sunan Ampel memiliki dua orang istri bernama Dewi Condrowati atau dikenal Nyai Ageng Manila dan Dewi Karimah. Pernikahannya dengan Nyai Ageng Manila, Sunan Ampel memiliki lima orang anak.
Dua anak laki-laki dari Sunan Ampel tumbuh menjadi orang yang terkenal, yaitu Maulana Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang, Syarifuddin atau Raden Qasim yang dikenal juga dengan Sunan Drajat. Sedangkan tiga anak perempuannya adalah Siti Syari'ah, Siti Muthamainnah, dan Siti Hafsah.
Dari pernikahan dengan Dewi Karimah, Sunan Ampel memiliki enam orang anak, yaitu Dewi Murtasiyah yang merupakan istir Sunan Giri, Dewi Murtasimah, Raden Husamuddin, Raden Zainal Abidin, Pangeran Tumapel, dan Raden Faqih.
Dengan melihat garis keturunan itu, membuat Sunan Ampel mendapat julukan sebagai Bapak Para Wali.
Dalam berdakwah menyebarkan agama Islam, Sunan Ampel memiliki beberapa wilayah penyebaran agama. Pada awalnya Sunan Ampel tinggal dan menetap di Tuban pada kisaran tahun 1443 Masehi.
Setelah lama tinggal di Tuban, Sunan Ampel pun datang ke rumah bibinya yaitu Dewi Sasmitraputri yang tinggal di sekitar Kerajaan Majapahit. Kedatangan Sunan Ampel bertepatan dengan kondisi Majapahit yang mengalami kemunduran.
Hingga akhirnya Sunan Ampel memutuskan berdakwah di wilayah Kerajaan Majapahit atas seizin Prabu Brawijaya.
Di Majapahit, Sunan Ampel bukan hanya mengenalkan agama Islam pada masyarakat tapi juga diminta untuk menyadarkan para adipati dan pembesar yang terlalu banyak berpesta hingga melupakan kondisi kerajaan.
Berdakwah di wilayah kerajaan tentu tidaklah mudah dilakukan hingga ada cara khusus yang dilakukan Sunan Ampel.
Salah satu metode berdakwah yang terkenal dari Sunan Ampel adalah falsafah "Moh Limo" yang berarti lima hal yang tercela.
1. Moh Main yaitu tidak mau berjudi.
2. Moh Ngombe yaitu tidak mau minum minuman keras atau mabuk.
3. Moh Maling yaitu tidak mau mencuri.
4. Moh Madat yaitu tidak mau menghisap candu.
5. Moh Madon yaitu tidak mau berbuat zina.
Ajaran yang diberikan oleh Sunan Ampel ini dibuat sesuai dengan kondisi yang ada di Kerajaan Majapahit. Terlebih pada kondisi para adipati dan petinggi di kerajaan tersebut.
Hingga kini, lima falsafah itu pun masih diterapkan sebagai bentuk ajaran hidup.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
-
Polri Ungkap 619 Kasus Judi Online, Tetapkan 734 Tersangka
-
Diincar Liverpool, Marcus Thuram Tegaskan Betah di Inter Milan
-
ASDP Indonesia Ferry Pastikan Kelancaran Angkutan Nataru
-
Lewat Rapat Pleno, Komisi III DPR Pilih Pimpinan dan Dewas KPK 2024-2029
-
Setyo Budiyanto Terpilih jadi Ketua KPK RI 2024-2029