Konsumsi India dan Tiongkok Naik, Harga Referensi CPO Terkerek

| Senin, 01/07/2024 12:37 WIB
Konsumsi India dan Tiongkok Naik, Harga Referensi CPO Terkerek Perkebunan Kelapa Sawit (Doc: Ditjen EBTKE)

RADARBANGSA.COM - Harga Referensi (HR) komoditas minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) untuk penetapan Bea Keluar (BK) dan Pungutan Ekspor (PE) periode Juli 2024 adalah sebesar USD800,75/ metric ton (MT). Nilai ini meningkat sebesar USD21,93 atau 2,82 persen dari periode Juni 2024 yang tercatat sebesar USD778,82 per MT.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Budi Santoso mengatakan saat ini, harga referensi CPO mengalami peningkatan yang menjauhi ambang batas sebesar USD680/ MT. 

"Untuk itu, merujuk pada PMK yang berlaku saat ini, pemerintah mengenakan BK CPO sebesar USD 33/MT dan Pungutan Ekspor CPO sebesar USD 85/MT untuk periode Juli 2024,” kata Budi dalam keterangannya, Sabtu 29 Juni 2024.

Penetapan HR CPO bersumber dari rata-rata harga selama periode 25 Mei - 24 Juni 2024 pada Bursa CPO di Indonesia sebesar USD761,56/ MT, Bursa CPO di Malaysia sebesar USD839,93/ MT, dan pasar lelang CPO Rotterdam sebesar USD957,77/ MT.

Berdasarkan Permendag Nomor 46 Tahun 2022, bila terdapat perbedaan harga rata-rata pada tiga sumber harga lebih dari USD40, maka perhitungan HR CPO menggunakan rata-rata dari dua sumber harga yang menjadi median dan sumber harga terdekat dari median. 

Berdasarkan ketentuan tersebut, HR bersumber dari Bursa CPO di Malaysia dan Bursa CPO di Indonesia. Sesuai dengan perhitungan tersebut ditetapkan HR CPO sebesar USD800,75/ MT.

Selain itu, minyak goreng (refined, bleached, and deodorized/RBD palm olein) dalam kemasan bermerek dan dikemas dengan berat netto ≤ 25 kg dikenakan BK USD0/MT dengan penetapan merek sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 804 Tahun 2024 tentang Daftar Merek Refined, Bleached, and Deodorized (RBD) Palm Olein dalam Kemasan Bermerek dan Dikemas dengan Berat Netto ≤ 25 Kg.

"Peningkatan HR CPO ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan harga minyak kedelai dan harga minyak mentah dunia, serta peningkatan permintaan terutama dari India dan Tiongkok yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi," ulasnya.

Tags : Sawit , CPO

Berita Terkait